
“Bunda, ntar lagi dijemput ayah, ya?”
Dalem ati, “Yaelah, baru juga nyampai Jakarta”
“Masih belum ya, Nak. Kita akan terbang sekali lagi,” jawabku.
Penerbangan Malang – Jakarta sesuai jadwal meski kala itu sedang hujan deras. Pukul 15.00 WIB, aku dan bocah udah sampai di Bandara Sukarno Hatta terminal 3.
Aku yakin, semua orang kalau ditanya sembilan jam di bandara bosan atau enggak, pasti jawabannya seragam. Tapi, biar gimana, kita harus berdamai dengan kenyataan. Aku pun saat itu.
Lalu, ngapain aja sembilan jam di bandara (menjawab pertanyaan di postingan sebelumnya) dan apa tipsnya biar menikmati masa tunggu tsb dengan bahagia?
Pepatah bilang intinya sabr doesn’t mean we do nothing, but what we can do while waiting. 🙂
Jadi, kalau kemarin, inilah yang aku lakukan.
1. Menikmati jalan dari tempat pesawat take off ke bagian bagasi.
Kan jaraknya lumayan panjang tuh, ya. Cocok buat dinikmati bersama buah hati. Enggak usah terburu-buru toh enggak dikejar apa-apa. Santai aja kayak di pantai. Momen tsb juga bisa kita gunakan untuk menjelaskan banyak hal kalau dia nanya ini itu.
2. Melibatkan anak dalam setiap penyelesaian masalah
Tentu disesuaikan sama umurnyalah ya. Tapi setidaknya si anak paham apa yang sedang ia alami.
Misal kemarin, aku ngalamin beberapa masalah:
– Koperku udah datang duluan, jadi ngambilnya enggak di bagasi, melainkan di kantor maskapai yang lokasinya bersebelahan. Rupanya, barang-barangku kebawa di penerbangan sebelumnya. Taka sempat nanya kok enggak ngambil di tempat bagasi karena selama ini begitu. Setelah aku jelaskan, dia paham.
– Masalah berikutny adalah aku belum bisa check in ke penerbangan internasional karena boarding baru sembilan jam kemudian. Check in baru bisa dilakukan jam 7-an malam. Sementara, selain bawa anak, aku juga bawa barang bawaan segambreng. Tentu saat itu anakku nanya aja apa yang terjadi. Aku pun menjelaskan bahwa kami belum bisa masuk ke terminal internasional jadi harus nitipin koper dulu secara manual karena enggak ada locker otomatis seperti di sini. Masih untung ada tempat penitipan biar gimana, jadi kami bisa bebas ke mana aja tanpa harus bawa barang segitu banyak. Kujelaskan seperti itu ke Taka.
3. Urusan logistik jangan terlewat
Makann, beli jajan, dan hal-hal sejenis, ini jangan sampai kelewat bangett. Anak yang kelaparan cenderung suka marah dan enggak bisa diajak kerjasama. Maka, penuhi dulu kebutuhannya baru lunakkan hatinya. Xixixi. Setelah ngasih makan bocah, aku ngecharge HP di salah satu sudut tempat yang jualan kopi. Bocah lihat Nussa Rara dalam posisi perut kenyang, emak ngopi sambil ngecharge plus… update status… eh… wkkk.
4. Eksplor bandara sekitar tempat check in
Yes, eksplorny enggak usah yang jauh apalagi sampai beda lantaii. Lha wong yang selantai aja udah banyakk. Bocah tentu senang. Makan, udah. Cemilan, masuk. Jalan-jalan pas baru sampai, iya. Sekarang mengeksplor sekitaran.
5. Sabar saat anak tidur di gendongan
Puas melakukan semuanya, bocah tidurr. Ndilalah kok ya bersamaan dengan waktuny check in udah diizinkan. Di sini rada rempong. Bawa bawaan, iya. Gendong bocah yang pulass, iya.
Tapi benar kok bahwa dalam kesulitan ada kemudahan. Justru kondisiku yang riweh tersebut malah melancarkan proses check in dan saat di bagian imigrasi. Xixixi. Entahlah, ya, mungkin aku cuma cocoklogi wkk. Tapi yang kurasakan emang kemudahan demi kemudahan. No pertanyaan-pertanyaan intimidatif. Yang ada malah senyum ramah dan hangat seolah ingin ngasih semangat.
Setelah check in, perjuangan belum usai. Aku masih harus menunggu empat jam-an lagi untuk boarding. Biar enggak mati gaya, tipsny balik dari nomor 1 – 5.
1. Saat anak udah bangun, dia pasti nanya di mana. Sambil jelasin ini itu, dia sambil jalan juga karena anakku suka banget jalan.
2. Melibatkan anak dalam bentuk penjelasan plus solusi ketika ekspektasi enggak sesuai kenyataan. Jadi ekspektasi awal, aku akan ada di gate yang di sekitarnya ada playground. Lumayan, Taka bisa main. Faktanya? Aku dapat gate yang sepii bangett, enggak ada apa-apa yang sekiranya membuat anak kecil tertarik. Ya sudah, kubilang bocah bahwa kami masih bisa mainan yang lain meski bukan di playground.
3. Masalah logistik jangan sampai terlewat, pilih makanan yang bocah suka. Atau kalau bekal masih ada, bisa juga pakai itu.
4. Eksplor bandara. Karena penerbangannya internasional, jadi di sekitaran banyak orang asingnya. Taka sempat ngobrol dengan salah satu nenek yang baru saja liburan di Indonesia. Beliau merasa gemass dengan bocah karena jadi ingat cucunya. Itu sebabnya, Taka sampai disamperin. Hal-hal receh, ngobrol dengan orang, seperti itu juga merupakan salah satu bentuk ekplor sekitaran, kan.
5. Karena udah capek ke sana ke mari, udah makan juga, maka saat boarding enggak lama Taka tidur lelapp sampai pagi. Alhamdulillah. Memang ini targetku. Xixixi.
Sembilan jam di bandara bersama anak ternyata bisa jadi salah satu cara untuk menguatkan bonding berdua. Nikmati aja!