9 Jam di Bandara

Ketika masih menunggu penerbangan Malang – Jakata, belum tahu kalau 9 jam yang akan dihadapi nanti (yang udah dikasih informasi bundanya jauh-jauh harii) ternyata benar-benar lama.

Saat ke Jepang kemarin, aku sempat “ngenthang” di bandara Sukarno Hatta dari jam tiga sore sampai dengan 12 malam. Bahkan kalau ditotal dengan waktu tunggu penerbangan Malang – Jakarta mungkin malah lebih.

Enggak jarang, teman-teman nanya, “Ngapain aja Lo 9 jam tolah-toleh sendiri di bandara? Ikutan ngepel? atau “aku bayangin aja udah maless, mana bawa anak, kan”.

Memang bukan untuk dibayangkan, tapi dijalani. Xixixi. Aku pun pas tahu bakal nunggu selama itu rasanya kayak gimanaa gitu. Ya mungkin kalau sendiri, enggak masalah. Tapii, ini sama bawa bocah. Seolah, aku dipaksa untuk mengumpulkan ide sebanyak-banyaknya agar Taka nanti enggak tantrum.

Nyatanya, saat dijalani, ya alhamdulillah. Taka bisa dikondisikan.

Aku sempat pengin nyewa penginapan dekat bandara, tapi setelah dipikir lagii kok ya malah rempong bangett. Jadi yaweslah ya, aku memutuskan untuk jadi pejuang tangguh ajaa. Hehehe.

Jangan nanya kenapa nyari waktu terbangnya kok ya jaraknya yang jauhh bangett. Mbok ya nyari yang waktu tunggunya sebentar. Haii, praktiknya enggak semudah itu keleuss. 😀

Pertimbangankuu saat itu:

1. Emang nyari penerbangan yang malam dari Jakarta ke Haneda yang notabene pass dengan waktu tidur anak. Jadi, aku bisa istirahat atau sekadar nonton film karena Taka dah tidur pulass.

2. Pertimbangan lain terkait dengan penjemputan. Kalau dari Jakarta jam 12 malam, sampai Jepang jam 9 pagi waktu setempat. Itu udah pas dengan waktu Mas Ryan jemput yang notabene bus paling pagi dari Tsukuba Senta jam 7-an. Total perjalanan Tsukuba – Haneda 2 jam-an. Jadi, aku enggak perlu nunggu dia terlalu lama.

Sementara itu, penerbangan paling akhir dari Malang ke Jakarta dengan maskapai yang aku pilih adalah jam 1-an siang. Yang itu artinya sampai Jakarta jam 3-an sore. Ada sih maskapai yang terbangnya sore banget dari Malang. Tapi itu artinya, aku harus ganti terminal yang lokasinya jauhh. Tentu enggak masalah kalau sendiri dan enggak bawa apa pun. Tapi berhubung sama bocah aja dan bawaan juga banyakk, maka aku lebih milih untuk naik maskapai yang enggak perlu ganti-ganti terminal. Cukuplah hanya ganti dari domestik ke internasional. Begitulah.

Dari pilihan yang aku ambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, konsekuensinya ya aku harus mauu “ngenthang” selama 9 jam. Kalau aku bandingkan dengan pilihan opsi lain, itu udah yang paling mending banget buatku. Betapa ya setiap pilihan memang mengandung konsekuensi. Kalau mau enakny ya harus mau perjuangannya. 🙂

Teruss, ngapain ajaa tuh sama bocah selama itu? Aku lanjut di postingan selanjutnya aja, yak. 🙂

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s